Sebuah Karya, Sebuah Catatan...

Proses Penciptaan Manusia

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul“Proses Penciptaan Manusia”. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut – pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Indralaya, September 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-Qur`an sebagai pendoman hidup manusia. Ayat-ayat dalam al-Qur`an sudah menjelaskan tentang segala sesuatu di muka bumi ini, termasuk mengenai proses penciptaan manusia. Bagaimana seorang manusia dapat tercipta di dunia ini sebagai makhluk yang paling mulia di bumi.
Ada orientalis yan bingung berhadapan dengan sejumlah rumusan yang berbeda-beda menyangkut penciptaan manusia di dalam al-Qur`an. Ada ayat-ayat yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah, ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, Lumpur, sari pati tanah, sari pati air yang hina, air yang tertumpah, dan mani yang dipancarkan.
Melihat perbedaan itu, orientalis tersebut kemudian menuduh bahwa al-Qur`an tidak konsisten atau kacau. Lagi pula pesan-pesan itu diulang-ulang di banyak kesempatan. Bahwa manusia diciptakan dari tanah diulang-ulang di enam kesempatan, dari tanah liat di tujuh kesempatan,d ari tembiar di empat kesempatan, dan dari sari pati air yang hina, air yang tertumpah, dan mani yang dipancarkan masing-masing disebutkan satu kali.
Untuk merespons asumsi-asumsi orientalis seperti di atas, seyogyanya semua ayat yang berhubungan dengan proses penciptaan manusia mesti dikaji.
B. Rumusan Masalah
Ayat-ayat apa saja yang di dalam al-Qur`an yang menjelaskan mengenai proses penciptaan manusia di muka bumi ini?
C. Tujuan
Untuk memperjelas bahwa proses penciptaan manusia sudah tertera secara jelas di dalam al-Qur`an sebagai pedoman hidup. Dan menunjukkan ayat-ayat yang menjelaskan mengenai hal tersebut.
BAB II
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
Bila diamati secara mendalam, dapat disimpulkan bahwa manusia berasal dari dua jenis, yaitu dari benda padat dan dari benda cair. Benda padat berbentuk tanah (turab), tanah liat (tin), dan tembikar (salsal); benda cari berbentuk air dan mani. Agar lebih jelas, sebaiknya ditinjau satu demi satu.
Ayat pertama dalam urutan surat-surat al-Qur`an tentang penciptaan manusia dari tanah terdapat di dalam surat Ali `Imran /3:59. di situ Allah menyatakan kepada Nabi Muhammad Saw. Bahwa proses penciptaan Nabi Isa As. Mirip dengan penciptaan Nabi Adam As. Jika Nabi Adam diciptakan dari tanah, begitu pulalah Nabi Isa. Memang dalam diri Nabi Isa terdapat unsure dari ibunya, berupa sel telur. Tetapi, sel telur itu sendiri berasal dari darah, darah dari makanan, dan makanan tumbuh dari tanah. Maka, Nabi Isa juga berasal dari tanah.
Hanya saja, memang masih terdapat perbedan. Perbedaannya adalah bahwa Nabi Adam langsung diciptakan dari tanah, sedangkan Nabi Isa melewati sel telur ibunya. Bila diukur dengan kaca mata manusia, penciptaan Nabi Isa sebenarnya jauh lebih mudah dari pada penciptaan Nabi Adam. Sebab, yang pertama diproses dari unsur (sel telur) yang secara alami menghasilkan manusia, sedangkan yang kedua diciptakan mulai dari awal dari bahan (tanah) yang tidak biasa menghasilkan manusia. Di sini Allah seakan-akan hendak mengisyaratkan bahwa adalah aneh jika Nabi Isa dipertuhankan. Karena, jika dipandang dari segi keajaiban penciptaan, Nabi Adam jauh lebih pantas untuk dipertuhankan.
Ayat kedua dalam urutan itu adalah surat al-Kahf/18:37. Bila pada ayat di atas Allah mengajarkan kepada Nabi Muhammad, pada ayat ini Allah meminta beliau agar menceritakan kepada kaum Muslimin tentang kisah seorang yang sombong, pemilik pertanian yang hasilnya melimpah ruah. Orang tersebut telah ditegur oleh kawannya dan diingatkan bahwa ia diciptakan dari tanah dan pasti akan kembali kepada-Nya, tetapi ia terus saja mebangkang. Dia baru sadar setelah seluruh kekayaannya sirna. Konteks penciptaan manusia dari tanah dalam kisah ini jelas sekali berbeda dengan konteks penciptaan Nabi Isa di atas.
Ayat berikutnya adalah surat al-Hajj/22:5. Di situ, Allah menyapa manusia dan menerangkan bahwa mereka diciptakan dari tanah, kemudian berproses dari zigot sampai janin, yang dikatakan ada yang sempurna dan ada pula yang tidak sempurna. Lalu manusia lahir, menjadi kanak-kanak, dan dewasa. Ada yang kemudian meninggal, dan ada pula yang diberi usia lanjut. Demikianlah, Allah menggambarkan kekuasaan-Nya. Dari sini terlihat jelas adanya perbedaan objek sapaan antara ayat di atas dan ayat ini. Bila pada ayat di atas yang disapa hanyalah orang-seorang, maka pada ayat ini yang disapa adalah seluruh manusia. Dan bila ayat di atas hanya menegaskan penciptaaan manusia secara sekilat, ayat ini melukiskan proses penciptaan itu secara spektakuler sejak mulai hidup hingga mati. Dengan demikian, terdapat peningkatan objek dan proses sapaan.
Setelah proses penciptaan yang spektakuler diterangkan, pada ayat berikutnya (QS. al-Rum/30:20), Allah menegaskan bahwa hal itu merupakan bukit atas kekuasaan-Nya. Dalam surat Fathir/ 35:11, di samping kembali disebutkan tentang penciptaan manusia dari tanah, disebut pula tentang kedudukan istri dan fungsinya, mulai dari mengandung sampai melahirkan, serta tentang usia manusia. Dalam al-Mu`min/ 40:67, diulang lagi informasi tentang penciptaan manusia dari tanah, yaitu sperma dan ovum, kemudia berproses menjadi zigot, janin, dan seterusnya keluar menjadi bayi, dewasa, dan tua. Dengan catatan, bahwa ada yang wafat sebelum mencapai ketuaan, dan ada pula yang berumur panjang sampai usia lanjut.
Surat al-Hajj/22:5 menyebut adanya manusia tua bangka yang sudah berubah kodratnya begitu rupa sehingga tidak mengenal apa-apa lagi atau pikun. Pada ayat yang khusus menyapa orang mukmin, ketuaan itu digambarkan dengan kata syaikh.
Denan membandingkan perbedaan isi pesan dalam kedua ayat tersbut, terpampang adanya suatu isyarat tentang perbedaan pengalaman atau nasib manusia. Bahwa pada manusia umum atau biasa, pertumbuhan janin bisa kurang sempurna dan akan pikun di hari tua; tetapi, pada manusia muslim sejati hal itu tidak akan terjadi, bahkan sebaliknya mereka akan menjadi manusia-manusia terhormat.
Demikianlah ayat-ayat mengenai turab.Pertama-tama disebutkan dalam suratAli `Imran/ 3:59 yang berbicara mengenai Nabi Adam, selanjutnya mengenai manusia dalam surat al-Kahfi/ 18:37, al-Hajj/ 22:5, al-Rum/ 30:20, Fathir/ 35:11, dan al-Mu`min/ 40:67.
Selanjutnya mengenai pengulangan kata tin. Menurut al-Asfahani, katatinbermakna tanah yang sudah bercampur air. Terjemah yang lebih tepat adalah tanah basah. Kata itu ditemukan pertama kali dalam surat al-An`am/ 6:2 yang berbunyi :
Dialah yang menciptakan kalian dari tanah basah, kemudian menetapkan ajal kalian.
Selanjutnya surat al-A`raf/ 7:12 menceritakan uraian Iblis tentang alasan mengapa ia tidak mau bersujud pada Adam, dengan mengatakan :
Kau ciptakan aku dari api, sedangkan ia Kau ciptakan dari tanah basah.
Dalam surat al-Mu`minun/ 23:12-14, lukisan tentang kejadian manusia pada umumnya diterangkan secara lebih panjang dan terinci. Dinyatakan bahwa manusia diciptakan dari sari pati (extract) tanah basah, yaitu sperma dan ovum, lalu menjadi zigot yang ditempatkan di tempat yang kokoh. Berproses lagi menjadi embrio, fetus, dan janin. Sebuah proses yang diakui dalam ilmu embriologi. Ayat ini merupakan penjelasan ayat yang diterangkan pertama di atas, yaitu al-An`am/ 6:2.
Dalam surat al-Sajadah/ 32:7 diterangkan bahwa Allah pertama kali menciptakan manusia dari tanah basah, yang berarti bahwa yang dimaksud adalah Nabi Adam. Keturunannya, lanjut ayat itu, diciptakan dari sari pati air yang aktif, yang kemudian disempurnakan, lalu ditiupi ruh-Nya, dan diberi pendengaran, penglihatan, dan sanubari. Informasi dalam ayat ini menyangkut hubungan dan sekaligus perbedaan cara penciptaan Adam dan keturunannya.
Lalu perhatikan pulalah perbedaan penggunaan kata turab dan tin. Ayat pertama yang berisi kata turab, sebagaimana sudah dijelaskan, adalah Ali `Imran/ 3:59 yang membahas Adam. Sedangkan ayat pertama yang berisi kata tin adalah al-An`am/ 6:2 yang menguraikan Adam dan manusia sebagai anak cucuknya. Di sini, terlihat jelas adanya kesinambungan. Kesinambungan ini diperjelas lagi oleh kenyataan bahwa turab berarti tanah dan tin berarti tanah yang sudah dicampur air. Hal ini berarti bahwa tin merupakan proses lanjutan dari turab. Daritinitulah penciptaan kemudian berdabang dua. Dari tin itu dibuat tin lazib (al-Shaffat/ 37:11) yang merupakan proses lanjutan proses dari penciptaan Adam. Dan dari tin itu pula diciptakan nuthfah (QS. al-Mu`minun/ 23:12-14). Demikianlah kelanjutan proses penciptaan manusia. Turab menjadi tin karena adanya air, dan tin tidak akan menjadi tin lazib tanpa air itu. Begitu juga tin tidak akan jadi nuthfah tanpa air. Tin mengandung makanan yang aktif karena danya air yang mula-mula dihisap oleh tumbuh-tumbuhan, lalu dimakan manusia (atau hewan yang kemudian juga dimakan manusia), menjadi darah, dan seterusnya menjadi sperma/ ovum. Telah ditegaskan : Kami ciptakan dari air segala yang hidup. (QS. al-Anbiya`/21:30)
Kata lain yang disebut al-Qur`an dalam menerangkan peciptaan manusia adalah salsal. Salsal adalah benda kering berongga yang dibuat dari tanah, sehingga mengeluarkan bunyi bila ditiup atau diayunkan. Benda itu, kata al-Qur`an, dibuat dari hama`, yaitu tanah hitam yang sedikit berbau. Tanah itu dibentuk (masnun) menjadi salsal tersebut. Jadi Adam dibentuk dari hama` tersebut.
Mengenai penciptaan manusia sebagai anak cucu Adam ditemukan informasinya di dalam surat al-Sajadah/ 32:8, bahwa ia diciptakan dari ma` mahin. Kata itu sering diterjemahkan menjadi sesuatu yang hina. Di dalam bahasa Arab, bila akar kata itu adalah hana`, berarti merupakan obyek (ism maf`ul), yang memang dapat berarti hina tersebut. Tetapi, kata itu dapat pula diakarkan kepada kata mahana yang berbentuk sifhah mubalaghah yang berarti “amat tahan uji”. Dengan demikian, agaknya lebih tepat bahwa ma` mahin itu artinya air yang tahan uji. Yang dimaksud tentulah sperma, mengingat sperma memang tahan uji. Bagaimana sperma berjuang untuk mencapai ovum, sehingga menjadi pemenang yang dapat membuahi ovum itu hanya satu, karena begitu terbuahi, ovum itu langsung mengeras.
Bahwa maksud ayat di atas adalah sperma telah dipertegas oleh surat al-Qiyamah/ 75:37. di dalam ayat itu diinformasikan bahwa manusia bersal dari zigot yang erbentuk dari mani. Ayat itu, dengan demikian, mempertegas penjelasan ayat di atas. Proses penciptaan manusia dari sperma, mula-mula mani atau sperma itu, demikian firman Allah, ditumpahkan atau dipancarkan ke dalam rahim (yumna). Kata yumna, dalam bahasa Arab, berarti ditakdirkan dan disaring. Maksudnya adalah bahwa air itu sudah disaring dan diolah begitu rupa sehingga dapat difungsikan untuk menjalankan tugasnya.
Tahap kejadian manusia selanjutnya, sebagaimana diinformasikan surat al-Mu`minun/ 23:12-14 yang sudah diterangkan di atas, adalah menjadi nuthfah, yaitu zigot sebagai hasil pembuahan. Kemudian menjadi `alaqah, yang secara harfiah berarti yang melekat. Menurut ilmu embriologi, setelah menempuh masa sekitar dua puluh tiga hari, zigot kemudian menempel pada dinding rahim (Encyclopaedia Britanica, 7:326). Tampaknya belum ada nama khusus untuk benda ini dalam ilmu embriologi, sementara al-Qur`an telah menamainya sebagai `alaqah.
Berikutnya, `alaqah tersebut berubah menjadi mudghah, yang secara harfiah berarti daging sebesar yang biasa dikunya. Benda itu, dalam embriologi, disebut embrio, yang terbentuk setelah enam minggu pembuahan. Lalu embrio tersebut menjadi tulang yang dibungkus daging, yang dalam ilmu embriologi disebut fetus, dan terjadi setelah tiga bulan pembuahan. Itulah yang dimaksud dengan janin, yang kemudian ditiupi roh dan menjadi makhluk bernyawa. Hal ini selaras dengan firman Allah : Kemudian Kami jadikan makhluk lain. Ensiklopedi Indonesia menyebutkan bahwa janin itu terjamahan dari embrio/mudghah.Dalam bahasa Arab, yang dimaksud janin adalah yang sudah berbentuk anak (al-Munjid). Dalam surat as-Sajadah/ 32:9 disebutkan bahwa makhluk seperti itu sudah lengkap dan sudah diberi nyawa. Makhluk seperti itulah yang lebih tepat diberi nama janin tersebut.
Demikianlah urutan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan dari penciptaan Adam. Setelah Adam tercipta, anak cucunya diciptakan dari air yang amat aktif (ma` mahin) seperti keterangan surat al-Sajadah/ 32:8). Ia berupa mani dan sel telur yang sudah diolah begitu rupa (maniy yumna) sebagaimana diterangkan surat al-Qiyamah/ 75:37). Mani dan sel telur itu juga bersal dari tanah basah (tin), yang disebut surat al-An`am/ 6:2. Karena, makanan manusia yang menghasilkan darah, dan darah yang menghasilkan mani dan sel telur itu berasal dari tanah. Kemudian, mani yang bertemu dengan sel telur menjadi zigot (nuthfah), seterusnya menjadi zigot yang melekat di dinding rahim(`alaqah),embrio (muthghah), daging yang sudah bertulang (fetus), dan akhirnya menjadi janin, yaitu makhluk yang sudah lengkap dan bernyawa (QS.al-Mu`minun/23:12-14, yang diulang-ulang dalam banyak ayat lain.)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Ayat pertama dalam urutan surat-surat al-Qur`an tentang penciptaan manusia dari tanah terdapat dari dalam surat Ali `Imran/ 3:59.
2. Dalam surat al-Mu`minun/ 23: 12-14, dinyatakan bahwa manusia diciptakan dari sari pati (extract) tanah basah, yaitu sperma dan ovum, lalu menjadi zigot yang ditempatkan di tempat yang kokoh.
3. Surat al-Qiyamah/ 75:37, diinformasikan bahwa manusia berasal dari zigot yang terbentuk dari mani.
B. SARAN
Perlunya bagi kita umat Islam untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai ayat-ayat al-Qur`an. Karena al-Qur`an sebagai pegangan hidup dan di dalamnya telah tertera dengan jelas mengenai segala sesuatunya.
DAFTAR PUSTAKA
Harun, Salman, 2005. Mutiara Al-Qur`an. Jakarta : Kaldera