Masa lalu yang buruk itu bukan untuk di lupakan, begitu katanya.
Lalu bagaimana dengan masa lalu ku yang buruk? ah, tidak terlalu buruk mungkin. aku bukan anak nakal yang suka bolos sekolah, juga bukan anak nakal yang tidak sopan dengan orang lain, ataupun anak nakal yang tidak pernah mendengarkan ucapan orang tuanya. mungkin aq seperti anak2 sekolahan yang sekarang lebih sering disebut 'ababil'. haha
Aku hanya tidak menyukai diriku yang dulu, duluu sekali. mungkin diriku yang biasa dipanggil dengan nama "Puspita".
entahlah, aku tidak begitu menyukai bila seseorang memanggilku dengan nama itu, walau itu sebenarnya nama asli ku. aku lebih menyukai panggilanku saat ini, sari ataupun miess sad.
aku saat menjadi 'puspita' berbeda dengan aku yang menjadi 'sari'. kepribadian ganda? TIDAK.
hanya saja, bagiku 'puspita' itu memiliki kepribadian seperti ; tidak menyukai laki-laki (what? yes.. I hate boys.. saat itu. tp bukan berarti aku menyukai wanita. haha. aq hanya tidak suka laki2 yg kasar, tidak sopan, dan menyebalkan, apalagi teman2ku yg cowok saat itu menyebalkan, dan satu lagi.. aku benci cowok genit. sampai saat ini, aku masih benci yg satu ini. haha), terlalu bergantung pada orang lain, tidak bisa mengungkapkan apa yang aq inginkan, terlalu takut dengan hal-hal yang belum terjadi, terlalu mementingkan orang lain daripada diri sendiri, terlalu mementingkan perasaan orang lain daripada diri sendiri, terlalu menurut dengan ucapan orang sekitar, terlalu mudah percaya pada orang lain, dan yang pasti masih terlalu 'lugu' mempercayai arti 'SAHABAT' tanpa mengerti arti 'SAHABAT' sesungguhnya...
itulah aku saat masih sekolah..
ingat waktu sma. waktu itu mau ujian pratek b.inggris. ujian prakteknya adalah membuat drama. dan entah beruntung atau tidak, aku satu kelompok dengan orang2 yang memang tidak akrab denganku (dan mereka semua satu gank) dan dengan bodohnya aku setuju saja kalau mereka (tanpa berkompromi denganku) memberiku peran 'buangan' yang menurutku pasti semua orang tidak mau berperan menjadi 'itu'. haha
alhasil, aku hanya bisa menahan diri untuk beberapa minggu sampai ujian praktek b.inggris itu selesai. aku yakin aku terlihat 'BODOH' saat itu.. dan aku yakin semua orang pasti berpikir hal yang sama, yaitu 'bodoh, dan jelek'. dan hal seperti ini terjadi bahkan 2 kali..
ya, aq memang asli bodoh dikelas itu. wajar, karna kelasku saat itu adalah kelas unggulan disekolahku. sedangkan aku, masuk ranking 20 aja gak. haha. lalu kenapa aku bisa 'nyasar' ke kelas itu? jawabannya : Allah punya rencana INDAH buatku...
saat itu aq mendapat nasehat dari sahabatku. kalimat yang simple, tapi aku ingat sampai hari ini..
'jangan selalu memaksakan diri'
ya, sahabatku satu ini memang tau semuanya, dia tau kalau aku selalu memaksakan diriku sendiri. bahkan aku terkadang memaksakan diri sendiri supaya orang lain mau berteman denganku.
bodohnya aku yang dulu. hha
ah, ada lagi hal yang paling aku ingat saat itu. dan nasehatku, pertemanan selama lebih dari 3 tahun bukan berarti dia 'SAHABATMU'..
ceritanya berawal dari pembagian kelas. ya, ini waktu aku sudah naik ke tingkat yang paling tinggi di masa sekolah. aq mengikuti teman2ku berbaris dilapangan dan berharap namaku dipanggil bersama dengan nama 3 sahabatku yang lain, yaitu ria, adel, dan uni. dan harapanku seketika sirna, saat wakil kepala sekolah menyebutkan namaku saat pembagian kelas XII IPA 1.
shock... ya, wajar. kami semua tau itu kelas unggulan, karna dari semua nama yang dipanggil sebelum namaku adalah nama2 para juara kelas ditahun sebelumnya. dan aku hanya berdoa dalam hati, semoga ada beberapa nama yang aku kenal di dalam kelas itu. dan sepertinya Tuhan mengabulkan do'a singkatku saat itu, nama salah seorang yang aku anggap 'sahabat' saat 3 tahun di junior pun dipanggil. dalam hati aq berkata 'yes.. ada teman'. dan aku pun berteriak memanggil nama temanku yang berjalan didepank menuju barisan kelas xii ipa 1..
ya, dia pun menoleh, menatapku, jelas dia melihatku, mengenaliku, namun reaksi selanjutnya menyadarkanku apa itu arti 'sahabat'. dia memalingkan wajahnya dan berjalan cepat menuju teman 'kami' yang memang serba lebih dariku.. yang pasti JAUH lebih pintar dariku... hha...
itulah yang aku anggap 'sahabat' saat itu.. dan sekarang, TIDAK LAGI.
saat itu aku hanya berpikir, kenapa dia tidak membalas panggilanku saat itu.. apa dia tidak mendengarku? tapi kenapa dia menoleh, melihat, mengenali-KU namun justru berlari menuju temannya yg lain?
aku tahu jawabannya saat kami semua memasuki ruangan kelas xii ipa 1 dan memilih lokasi tempat duduk sendiri.
aku hanya memandang mereka 'berdua' (dia dan temannya) yang duduk satu meja dengan ekpresi di wajahku yang bahkan aku sendiri tidak tahu seperti apa.
sedih?
YA.
marah?
YA.
apa dia masih temanku?
YA. dia masih temanku
apa dia masih 'sahabatku'?
TIDAK. dia hanya temanku
tapi aku biarkan semua berlalu seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
ini keahlianku.. aku paling ahli dalam bersikap seperti semua tidak pernah terjadi apa-apa.
aku pun akhirnya satu meja dengan prima yang menurutku sama 'gila'nya denganku.
yang sama-sama membaca komik saat jam pelajaran biologi.
yang sama-sama mendengarkan musik dibalik 'jilbab hari jum'at' kami,
yang sama-sama menempel foto cowok2 ganteng dari spesies manapun di atas meja kami yang sangat 'rapi' itu,
yang sama-sama berdebat mengenai 'jepang' dan 'korea',
yang sama-sama tidak punya 'teman' dikelas itu.
dan dari dia pun aku belajar apa itu arti 'MANDIRI'
dan mulai saat itupun aku belajar bagaimana mengendalikan ketakutan dan kecanggunganku akan kesendirian karna tidak punya teman bicara saat semua teman2ku berbincang dengan 'gerombolannya' di dalam kelas,
dan saat itulah aku belajar bagaimana harus bersikap seperti semua baik-baik saja saat orang bertanya 'kenapa sendirian?', tersenyum dan menjawab "gak apa, biasa saja..".
dan belajar mengendalikan perasaanku saat orang lain memandangku sebelah mata, memandangku dengan tatapan seperti aku ini tidak berguna,
dan belajar tidak menghiraukan saat orang lain mengacuhkanku saat aku bicara..
aku belajar semua itu sendirian, bahkan aku mulai tidak memperdulikan orang-orang disekitarku, "terserah mereka mau berbuat apa, aku tidak punya urusan dengan mereka", itulah yang aku pikirkan.
perlahan aku mulai menyukai kesendirian, meski aku masih sering berkumpul bersama teman-temanku. aku masih sering ribut di kelas saat di bimbel, masih sering berceloteh dengan teman2 dekatku, masih sering pergi bersama mereka. aku bersikap seperti biasa, namun yang pasti hatiku berubah.
Meski begitu, aku tak pernah lagi punya keinginan bergantung pada mereka. Aku mulai melakukan semua hal sendirian, dan menurutku itu menyenangkan.
MENYENANGKAN, karena aku tidak perlu memikirkan orang lain. aku hanya perlu memikirkan DIRIKU SENDIRI. bukankah itu menyenangkan?
YA.
aku hanya akan bergantung pada orang-orang tertentu saja, seperti keluargaku dan beberapa orang yang masih aku anggap 'sahabat'.
aku ucapkan terima kasih untuk mu, temanku. karna telah mengajarkanku arti 'sahabat' yang dulu pernah kita gadang-gadangkan itu. :)
tapi sepertinya itu cerita lama, aku sekarang bukan 'puspita' yang dulu yang berpikir bahwa sahabat itu adalah segalanya. :)
untungnya 1 tahun di kelas yang menurutku sungguh tidak menyenangkan itu hampir berakhir saat itu, dan ada kejadian lagi yang membuatku punya keinginan, sekali lagi aku punya 'keinginan'.
aku akan tunjukkan bahwa aku bisa seperti kalian.
saat itu, sekolah sedang sibuk membuka 'lowongan' untuk siswa yang mau memasuki universitas tinggi negeri di indonesia. ya, yang pasti, mereka-mereka yang pintar tidak perlu mendaftarkan diri karena mereka pasti sudah di daftarkan oleh sekolah untuk ikut jalur tanpa tes memasuki universitas tinggi negeri. dan dari kelasku banyak sekali yang sudah didaftarkan, bahkan HAMPIR semua nama-nama yang didaftarkan oleh sekolah merupakan nama-nama siswa yang satu kelas denganku. lalu, bagaimana denganku? haha.. aku pasti bermimpi jika namaku masuk dalam salah satu nama di daftar itu. ya, bukankah sudah kubilang aku ini bodoh? orang bodoh tidak akan pernah masuk dalam perhitungan? begitulah kenyataannya.
aku ingat sekali, saat itu aku duduk bersama adel, uni, ria di depan kelas mereka, xii ipa 2. Kami berbincang sambil memandangi teman-teman kami yang sibuk memegang map yang sudah pasti kami ketahui bersama, map itu berisikan formulir untuk mendaftar ikut jalur tanpa tes tsbt.
mungkin ekspresi kami ber-4 saat itu hampir sama, IRI.
kami iri melihat wajah sibuk mereka yang hampir seperti setrika-an karena bolak-balik kantor guru,
kami iri melihat ekspresi cemas mereka karena takut formlir mereka tidak diterima,
kami iri melihat ekspresi bahagia mereka karena formulir mereka diterima,
kami iri melihat mereka sudah memiliki tempat 'berpegang' sedangkan kami masih 'merangkak' tanpa tahu adakah tempat untuk kami 'berpegang'...
bahkan kami sangat-sangat-sangat iri saat mendengar rumor bahwa salah satu teman yang sama-sama kami kenal sudah dipastikan diterima di salah satu universitas negeri..
aku sangat iri, sekaligus berkecil hati. "kenapa aku tidak bisa seperti itu? apa karena kau benar-benar bodoh?"
dan hanya sekilas aku berniat dalam hati, dalam pikiranku dan hatiku yang saat itu terjakit penyakit ' iri '.
aku tidak butuh formulir itu dari sekolah,
aku akan lulus dan masuk universitas negeri yang aku inginkan tanpa bantuan siapapun.
akan aku tunjukkan (terutama pada pihak sekolah) bahwa aku bisa lulus tanpa formulir dari mereka yang sangat SULIT untuk didapatkan karena sepertinya pihak sekolah sangat PILIH KASIH.
niat itu pun sepertinya berubah menjadi 'dendam'.
ya, aku dendam pada sekolah itu..
karena KKN belum terhapuskan, karena sudah di PASTIKAN bahwa SEMUA ANAK GURU di sekolah itu mendapatkan 'jatah spesial' untuk masuk universitas negeri, tanpa SAINGAN.
aku yakin aku tidak sebodoh itu sampai harus kalah bersaing dengan anak guru yang pada kenyataannya saat itu LEBIH BODOH dariku.
akupun yakin nilaiku pasti lebih baik daripada nilainya yang sebenarnya tidak jujur.
aku yakin aku masih mampu mendapatkan apa yang aku inginkan tanpa bantuan orang lain,
dan aku yakin aku pasti bisa membuat diriku tidak lagi dipandang sebelah mata oleh orang lain.
aku yakin setiap usaha yang dilakukan pasti ada balasan yang setimpal.
aku sudah berusaha semampuku, sebisaku,
dan kemudian aku mendapatkan balasanku.
bahagia, ya, aku BAHAGIA.
bahagia karena... mereka...MEREKA... yang dulu memandangku sebelah mata, kini aku dapat memandang MEREKA dengan tatapan yang sama seperti mereka dulu..
aku pun mulai menghilangkan 'puspita' dari hidupku dan menggantikannya dengan 'sari'..
aku mulai memperkenalkan diriku sebagai 'sari',
ya, aku yang sekarang.
aku yang sekarang jauh lebih baik dari diriku yang dulu..
aku tidak pernah lagi memaksakan diriku, tidak pernah lagi memikirkan ucapan orang lain tentang diriku,
aku yang bisa melakukan banyak hal sendirian
ini ceritaku, ceritamu? :)